Kepala SMAN 3 Ponorogo: Kemerdekaan Harus Dimaknai dengan Karya dan Karakter
Menurutnya, kemerdekaan bukan sekadar peringatan tahunan atau seremoni semata, melainkan momentum untuk merefleksikan peran setiap individu dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan kontribusi nyata bagi bangsa.
“Momentum 17 Agustus bukan hanya tentang mengenang kemerdekaan, tetapi tentang menyadari tanggung jawab generasi saat ini untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan itu dengan karya nyata,” ujarnya, Rabu (7/8/2025).
Dr. Sasmita menegaskan bahwa perjuangan para pahlawan harus diteruskan melalui pembangunan karakter, pendidikan yang berkualitas, serta semangat gotong royong. Ia juga menyoroti pentingnya dunia pendidikan sebagai pilar utama dalam membentuk arah masa depan bangsa.
“Sebagai pendidik, saya percaya bahwa kemajuan bangsa dimulai dari ruang-ruang kelas. Di sanalah karakter dibentuk, semangat juang ditanamkan, dan cita-cita bangsa diarahkan,” imbuhnya.
Ia menekankan, makna kemerdekaan hari ini juga harus diperluas: tidak hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari belenggu kebodohan, intoleransi, dan sikap apatis terhadap kemajuan bangsa.
“Anak-anak kita adalah pemilik masa depan Indonesia. Maka, semangat 17 Agustus harus menjadi api yang menyala dalam hati mereka—api yang membakar semangat belajar, bekerja keras, dan berbuat untuk negeri ini,” pungkasnya.
Dr. Sasmita berharap semangat kemerdekaan tahun ini dapat menjadi pengingat bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat luas bahwa Indonesia membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam moral dan karakter.
(Red)