Benarkah Lulusan Universitas Luar Negeri Pasti Jago Bahasa Inggris? Wapres Gibran Jadi Sorotan Publik
Lintastoday.com - Publik Indonesia belakangan kembali ramai memperbincangkan kemampuan bahasa Inggris Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya setelah beberapa potongan video viral menunjukkan dirinya terlihat kesulitan merespons pertanyaan berbahasa Inggris. Hal ini pun memicu pertanyaan besar:
“Bukankah Gibran lulusan luar negeri? Bukankah kuliah di Australia seharusnya menjamin kemampuan bahasa Inggris?”
Jawaban singkatnya: tidak selalu.
🎓 Gibran dan Latar Belakang Pendidikan Luar Negeri
Gibran diketahui pernah menempuh pendidikan di dua institusi luar negeri:
-
University of Technology Sydney (UTS), Australia
-
Management Development Institute of Singapore (MDIS)
Status sebagai alumni institusi luar negeri memang memberi kesan modern dan global, tetapi tidak otomatis menjamin kemampuan berbahasa Inggris aktif yang tinggi. Dan itulah yang kini diperdebatkan publik.
🔍 Lulusan Australia: Bisa Bahasa Inggris Otomatis?
Banyak orang awam beranggapan bahwa siapa pun yang kuliah di negara berbahasa Inggris pasti mahir berbahasa Inggris. Namun, realitas di lapangan tidak sesederhana itu.
✅ Umumnya, Mahasiswa Memiliki:
-
Sertifikat IELTS/TOEFL sebagai syarat masuk
-
Kemampuan dasar hingga menengah dalam membaca, menulis, dan mendengar
-
Paparan lingkungan berbahasa Inggris sehari-hari
❌ Tapi Tidak Semua:
-
Lancar berbicara secara spontan
-
Mampu debat atau menjawab pertanyaan mendadak
-
Percaya diri dalam konteks formal seperti wawancara, debat politik, atau pidato internasional
📌 Kenapa Bisa Terjadi?
Kasus seperti ini bukan hal langka. Berikut beberapa alasan mengapa lulusan universitas luar negeri bisa saja tidak lancar berbahasa Inggris secara aktif:
-
Hanya memenuhi skor minimal IELTS (misalnya 6.0)
Skor tersebut cukup untuk lulus kuliah, tetapi belum tentu menjamin kelancaran lisan.
-
Pergaulan sempit dan tidak banyak interaksi dengan warga lokal
Mahasiswa internasional kadang lebih nyaman bergaul dengan sesama warga negara sendiri.
-
Ketergantungan pada teknologi dan bantuan teman
Tugas kuliah bisa dikerjakan dengan bantuan aplikasi, bukan interaksi langsung.
-
Jarang menggunakan kemampuan itu setelah lulus
Kembali ke lingkungan berbahasa Indonesia membuat kemampuan menurun drastis.
🔥 Gibran, Kritik Publik, dan Standar Pejabat
Gibran memang telah menjabat di banyak posisi publik: dari Wali Kota Solo hingga kini menjadi Wakil Presiden RI. Ketika tampil di forum-forum internasional, kemampuan berbahasa Inggris menjadi sorotan publik—tidak hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga simbol kualitas pemimpin era global.
Namun, perlu dicatat:
-
Kemampuan komunikasi tidak hanya bergantung pada bahasa Inggris, tapi juga strategi penyampaian dan tim penerjemah.
-
Banyak pemimpin dunia juga menggunakan bahasa nasionalnya secara resmi dan dibantu interpreter.
-
Namun, ekspektasi publik Indonesia terhadap pemimpin muda seperti Gibran memang tinggi, terutama karena latar belakang pendidikannya di luar negeri.
🧠 Penutup: Lulusan Luar Negeri ≠ Mahir Bahasa Inggris
Kisah Gibran hanyalah satu dari banyak contoh bahwa latar belakang pendidikan internasional tidak selalu sejalan dengan ekspektasi publik terhadap kemampuan komunikasi global. Ini bukan semata-mata soal “tidak bisa,” tapi lebih kepada:
-
Seberapa sering digunakan?
-
Seberapa percaya diri seseorang dalam ruang publik?
-
Apa ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin dengan label 'lulusan luar negeri’?
Di tengah dunia yang makin global, kemampuan bahasa asing tetap penting, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya tolok ukur kompetensi. Namun bagi pejabat publik, standar akan selalu lebih tinggi—terutama jika menyandang gelar "alumni luar negeri".
(Red)