6 Dosa Besar Naruto Saat Menjadi Hokage Ketujuh
6 Dosa Besar Naruto Saat Menjadi Hokage Ketujuh
Naruto Uzumaki adalah simbol tekad dan harapan dalam dunia ninja. Setelah perjuangan panjang, ia akhirnya mencapai cita-citanya sebagai Hokage Ketujuh dan membawa Konoha ke era damai dan modern.
Namun, apakah semua keputusannya selama menjabat benar?
Ternyata, banyak penggemar mulai menyadari bahwa Naruto melakukan beberapa kesalahan fatal sebagai pemimpin desa. Artikel ini akan membahas 6 dosa besar Naruto saat menjadi Hokage yang sering luput dari perhatian, namun berdampak besar bagi desa, keluarga, dan dunia shinobi secara keseluruhan.
1. Mengabaikan Keluarga Demi Tugas sebagai Hokage
Salah satu kritik terbesar terhadap Naruto adalah bagaimana ia terlalu sibuk dengan urusan administrasi dan keamanan desa, sampai mengorbankan waktu bersama keluarganya.
Bahkan di ulang tahun Boruto, Naruto hanya mengirim kloningan (Kage Bunshin) — bukan dirinya sendiri.
Dampak:
- Boruto merasa diabaikan dan kehilangan kedekatan emosional dengan ayahnya.
- Tumbuh sebagai anak yang penuh kemarahan dan pemberontakan.
2. Kurang Ketat Mengawasi Perkembangan Teknologi Ninja
Di era Naruto, teknologi ninja berkembang pesat berkat alat ninja ilmiah. Sayangnya, Naruto tidak segera menetapkan batasan atau regulasi jelas untuk penggunaannya.
Dampak:
- Teknologi disalahgunakan oleh anak-anak hingga organisasi jahat seperti Kara.
- Boruto bahkan menggunakan alat curang dalam ujian Chuunin.
3. Terlambat Menanggapi Ancaman Organisasi Kara
Organisasi Kara sudah menunjukkan tanda-tanda bahaya sejak awal, namun Naruto dan Konoha lambat bertindak. Mereka baru serius bergerak setelah situasi memburuk.
Dampak:
- Jigen berhasil menyerang langsung ke jantung Konoha.
- Naruto kehilangan Kurama, sumber kekuatan utamanya.
- Sasuke mengalami kerugian besar dan desa nyaris hancur.
4. Ketergantungan Berlebihan pada Sasuke dan Elit Tertentu
Meski Naruto adalah Hokage, banyak misi penting malah diserahkan ke Sasuke dan tim kecil. Tidak ada proses regenerasi atau pelatihan pemimpin baru secara sistemik.
Dampak:
- Dunia shinobi menjadi terlalu bergantung pada beberapa individu saja.
- Generasi muda tidak disiapkan untuk mengisi peran penting secara matang.
5. Gagal Mereformasi Sistem Shinobi Secara Menyeluruh
Naruto diwarisi sistem ninja yang sudah usang. Sayangnya, ia tidak melakukan reformasi mendasar terhadap sistem tersebut.
Dampak:
- Dunia shinobi tetap berisiko mengalami konflik yang sama.
- Ninja tetap dijadikan alat politik dan militer, bukan pelindung masyarakat seutuhnya.
6. Gagal Menangani Trauma dan Tekanan Psikologis Kawaki
Naruto mengadopsi Kawaki seperti anak sendiri, tapi tanpa bimbingan emosional yang memadai. Akibatnya, Kawaki tumbuh dengan trauma dan pemikiran ekstrem.
Dampak:
- Kawaki merasa perlu "mengambil alih" dunia untuk menyelamatkan Naruto.
- Konflik besar pun dimulai dari keputusan pribadi Kawaki yang radikal.
Kesimpulan: Naruto adalah Pahlawan, Tapi Bukan Tanpa Celah
Tidak ada pemimpin yang sempurna. Bahkan Naruto Uzumaki — shinobi yang pernah menyelamatkan dunia — juga melakukan kesalahan besar ketika menjabat sebagai Hokage.
Dari mengabaikan keluarga hingga gagal mencegah bangkitnya musuh berbahaya, semua dosa ini menjadi pengingat bahwa jabatan Hokage bukanlah akhir perjuangan — melainkan awal dari tantangan yang lebih besar.
(Red)